MAKALAH EKOLOGI
SEJARAH HIDUP TUMBUHAN
Disusun oleh :
Paryatin (081014068)
Sulihmiatin (081014069)
Syaiful Yahya (081014072)
Asyirotul Abidah (081014076)
Sherly Oktavia (081014067)
Dosen Pembimbing :
Dr. Sucipto
Hariyanto, DEA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Peran
lingkungan dalam membentuk sistem
kehidupan yang berkelanjutan sangatlah penting, baik lingkungan biotik maupun
biotik. Salah satu lingkungan biotik yang berpengaruh besar terhadap
terciptanya keseimbangan dan terwujudnya kehidupan yag berkelanjutan ialah
tumbuhan. Tumbuhan merupakan sumber utama dari penghasil energi yang dibutuhkan
di alam semesta ini terutama untuk kebutuhan manusia dan hewan. Hal ini
dikeranakan tumbuhan merupakan produsen atau pemasok utama dan awal sumber
kebutuhan organisme lain
Selanjutnya,
begitu pentingnya tumbuhan dalam mempengaruhi sistem ekologi alam dalam makalah
ini akan dibahas bagaimana sejarah hidup tumbuhan tersebut, perkembangannya
serta perubahan dan adaptasi yang dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian dan
keberlangsungan kehidupan alam semesta ini juga untuk megetahui bagaimana
tahapan tahapan yang dilalui tumbuhan dalam perkembangan.
B.
MANFAAT
DAN TUJUAN
Manfaat dan tujuan dari makalah ini
adalah :
1. Untuk
mengetahui sejarah hidup tumbuhan
2. Untuk
mengetahui perkembangan tumbuhan dan adaptasi yang dilakukan untuk menjaga
kehidupan tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
Selama ratusan
tahun, para ilmuwan telah mengetahui bahwa makhluk hidup yang ada
di bumi beraneka ragam. Dalam keaneka-ragaman tersebut, para
ilmuwan menemukan bahwa pada beberapa makhluk hidup ditemukan juga beberapa kesamaan.
Sejak lama,
para ilmuwan berusaha menjawab sebuah pertanyaan, bagaimana kehidupan tumbuhan berawal?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, banyak ilmuwan yang mengemukakan berbagai
teorinya disertai bukti-bukti yang mendukung teori tersebut. Meskipun demikian,
pertanyaan tersebut belum dapat sepenuhnya terjelaskan oleh teori-teori
tersebut karena teori-teori tersebut sulit dibuktikan
A. Studi Evolusi
Tumbuhan
Studi evolusi tumbuhan didasarkan pada kesamaan bukti dan umumnya memiliki keterbatasan yang secara umum hampir sama dengan studi evolusi pada hewan, yaitu adanya kenyataan berikut ini:
1.
Tumbuhan tinggi tidak dapat berpindah tempat sehingga kecil
kemungkinan terjadinya fosilisasi apabila tumbuh di tempat yang tidak
memungkinkan terjadinya proses fosilisasi. Pada hewan
misalnya, bangkainya dapat terbawa arus sungai atau tenggelam di rawa yang
kemudian akan mengawetkannya melalui peristiwa fosilisasi. walaupun
“kecelakaan” ini terjadi jauh dari habitatnya.
2.
Tumbuhan cenderung menggugurkan
bagian-bagiannya misalnya daun, batang,bunga, dan biji. Jadi daun dan pollen yang mengalami
fosilisasi mungkin dapat dinyatakan sebagai spesies yang berbeda, karena
sepintas lalu tidak tampak adanya hubungan organik satu sama lain. Meski
dalam kenyataannya berasal dari tumbuhan yang sama.
3.
Tumbuhan tidak memiliki bagian tubuh yang
keras seperti halnya rangka padahewan sehingga kemungkinan terawetkan juga
tidak terlalu besar.
4.
Rentang bentuk struktur tumbuhan sangat
kecil jika dibandingkan dengan hewan. Kenyataan di atas sesungguhnya merupakan
kerugian dan juga keuntungan bagi tumbuhan, karena tidak ada kelompok
tumbuhan yang kesamaannya sungguh sungguh tidak dikenal. Meskipun hubungan kekerabatan dalam
kelompoknya kadang-kadang tidak jelas.
B.
Gambaran Umum Evolusi Tumbuhan
Semua tumbuhan merupakan eukariot multiseluler yang autotrof
fotosintetik. Sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang tersusun dari selulosa,
dan tumbuhan dapat menyimpan kelebihan karbohidratnya dalam bentuk pati. Alga
hijau multiseluler memiliki lebih banyak persamaan dengan tumbuhan dari pada
dengan kelompok alga lainnya. Kloroplas tumbuhan dan kloroplas alga hijau
memiliki pigmen klorofil a dan b. Perbedaan antara kelompok tumbuhan dengan
kelompok alga hijau adalah habitatnya. Hampir semua tumbuhan
hidup di darat meskipun ada juga tumbuhan yang hidup di air
dan di tempat yang lembab. Sedangkan semua alga hijau hidup di air.
Perbedaan tempat hidup ini sangat penting untuk menelusuri evolusinya, karena kehidupan
di darat memerlukan adaptasi secara struktural, kimiawi, dan system reproduksi.
1. Adaptasi Struktural
Kehidupan di darat berbeda
dengan kehidupan di air, karena cahaya dansebagian besar karboksida
diambil dari udara atau di atas permukaan tanah, sedangkan air dan zat mineral
diserap dari dalam tanah. Adaptasi ini menyebabkan tumbuhan memiliki struktur
tubuh yang kompleks dan beragam. Ada organ yang berada di dalam tanah yaitu
akar. Ada organ yang berada diatas tanah yaitu batang dan tunas yang akan
menjadi daun. Daun memegang peranan penting dalam proses fotosintesis.
Pertukaran gas karbondioksida dari atmosfer dan oksigen hasil fotosintesis
terjadi melalui stomata (mulut daun). Begitu pula dengan proses transpirasi,
yang terjadi melalui stomata.
2. Adaptasi Kimiawi
Di samping adaptasi struktural, tumbuhan
juga mengalami adaptasi kimiawi. Daun yang memegang peranan penting mengalami
adaptasi kimiawi. Untuk mencegah hilangnya air secara berlebihan melalui proses
transpirasi, maka daun dilapisi oleh kutikula. Proses transpirasi pada tumbuhan
merupakan masalah utama yang dihadapi oleh tumbuhan yang hidup di darat. Kutikula
atau lapisan lilin ini dihasilkan melalui proses metabolisme sekunder. Produk
metabolisme sekunder lainnya adalah lignin (zat kayu) untuk mengokohkan
batang pada tumbuhan berkayu. Jenis metabolisme sekunder lainnya adalah
sporopolenin, yaitu senyawa polimer yang resisten terhadap kerusakan
lingkungan. Sporopolenin juga ditemukan pada dinding zigot beberapa jenis alga.
3.
Adaptasi
Sistem Reproduksi
Struktur alat reproduksi pada tumbuhan mengalami adaptasi untuk mencegah
kekeringan pada gamet dan emrio. Pada tumbuhan lumut, gamet terlindung di dalam
gametangia yang selalu lembab, agar tidak kekeringan. Adaptasi ini juga terjadi
pada tumbuhan lumut dan paku, sperma berkembang di dalam anteridium dan
ovum berkembang di dalam arkhegonium. Bila telah masak, maka sperma
berflagela akan dilepaskan dari anteridium dan akan membuahi ovum di dalam
arkegonium. Kemudian terbentuklah zigot yang akan berkembang menjadi zigot di
dalam arkegonium. Pada tumbuhan tinggi,embrio dilindungi oleh jaringan induk.
Cara ini merupakan bentuk adaptasi kehidupan darat. Karena tumbuhan melindungi
embrio sedemikian rupa didalam jaringan induk maka tumbuhan darat disebut
embriofita (phyta=tumbuhan). Pada alga hijau embrio tidak diipertahankan oleh
tubuh induknya,melainkan dilepaskan ke air.
4.
Pergiliran
Generasi pada Tumbuhan
Secara umum, tumbuhan mempunyai pergiliran keturunan atau
dikenal sebagai siklus hidup. Dalam pergiliran keturunan ini terdapat generasi gametofit yaitu individu multiseluler yang memiliki sel-sel yang haploid (nkromosom)
dan generasi sporofit yaitu individu
multiseluler dengan sel-seldiploid (2n kromosom). Generasi gametofit
menghasilkan gamet-gamet haploid (n), yang kemudian akan menyatu
membentuk zigot yang diploid (2n).Zigot kemudian berkembang menjadi sporofit
diploid. Sporofit diploid ini akan mengalami pembelahan secara meiosis dan akan
menghasilkan generasi gametofit berikutnya. Demikianlah pergiliran keturunan
ini akan terus menerus terjadi. Siklus hidup sporofit dan gametofit merupakan
siklus yang heteromorfik (hetero=berbeda; morph= bentuk), yang berarti
memiliki tahapan yang berbeda bentuk. Pada kelompok tumbuhan lumut, gametofit haploid merupakan
tumbuhan yang lebih besar ukurannya atau lebih dominant dari pada
sporofit,tahapannya juga lebih rumit Pada kelompok Paku-pakuan , Konifer (
misalnya pinus), dan tumbuhan bunga, generasi sporofit yang diploid adalah
tahapan yang dominant dan mudah teramati. Siklus hidup yang beraneka ragam ini
merupakan ciri yang diturunkan oleh nenek moyang tumbuhan. Kingdom Plantae adalah
monofiletik, yang berarti diturunkan oleh satu nenek moyang (nenek moyang bersama).
Perbedaan siklus hidup ini merupakan bentuk adaptasi reproduktif dari
kelompok tumbuhan. Secara evolusi, tumbuhan mengalami adaptasi dengan kehidupan
darat.
C.
Asal Mula Tumbuhan Vaskuler
Perkembangan
evolusi tumbuhan vaskuler dimulai sejak kira-kira 475 juta tahun yang lalu,
yang terbagi menjadi beberapa periode evolusi .
1.
Periode pertama
Evolusi,
yaitu selama masa Ordo visian, zaman Palaeozoikum, sekitar 475 juta tahun yang
silam, asal mula tumbuhan diduga berasal dari nenek moyang akuatik. Adaptasi
terhadap kehidupan darat (terrestrial) dibuktikan oleh adanya sporopolenin dan
gametangia berlapis yang melindungi gamet dan embrio. Adaptasi ini terjadi pada
bryophytata yang merupakan tumbuhan darat pertama. Bryophyta atau tumbuhan
lumut ini berkembang menjadi berbagai variasi dalam kelompoknya. Jaringan
pembuluh yang terdiri atas sel-sel membentuk pembuluh untuk mengangkut air dan
zat hara ke seluruh tubuh tumbuhan. Evolusi bryophyta merupakan evolusi yang
relatif dini dalam sejarah tumbuhan. Oleh karena sebagian besar bryophyta tidak
memiliki jaringan pembuluh maka bryofita disebut sebagai tumbuhan yang “non
vaskuler” atau tumbuhan “tidak berpembuluh”. Namun ada sebagian kecil bryofita
yang m emiliki jaringan pembuluh pengangkutan air. Dengan demikian
pengelompokan bryophyta sebagai tumbuhan non vaskuler tidak seluruhnya benar.
2.
Periode kedua
Evolusi
tumbuhan ditandai oleh diversifikasi tumbuhan vaskuler (tumbuhan berpembuluh)
selama masa Devon sekitar 400 juta tahun silam. Tumbuhan vaskuler awal ini
merupakan tumbuhan tak berbiji, missalnya pada jenis paku-pakuan serta kelompok
tumbuhan tak berbiji lainnya.
3.
Periode ketiga
Evolusi
tumbuhan dimulai dengan kemunculan biji, yaitu struktur yang melindungi embrio
dari kekeringan dan ancaman perubahan lingkungan.
Kemunculan tumbuhan biji ini mempercepat
perluasan kolonisasi tumbuhan di daratan. Biji tumbuhan terdiri atas
embrio dan cadangan makanan yang terlingdung oleh suatu penutup. Tumbuhan
vaskuler berbiji muncul kira-kira 360 juta tahun yang lalu dengan kemunculan. Gymnospermae
(Bhs. Yunani: Gymnos= „terbuka‟ atau „telanjang‟; sperma= benih atau biji).
Gymnospermae terdiri atas Konifer dengan
berbagai variasi jenisnya. Konifer dan Paku-pakuan mendominasi kehidupan di
hutan belantara selama lebih dari 200 juta tahun.
4.
Periode keempat
Dalam
evolusi tumbuhan terjadi pada masa Kreta, zaman Mesozoikum sekitar 130 juta
tahun yang lalu. Periode ini ditandai dengan kemunculan tumbuhan berbunga yang
memiliki struktur reproduksi yang agak rumit di mana biji dilindungi oleh
ruangan yang disebut ovarium. Karena bijiterlindung sedemikian rupa maka
kelompok ini disebut Tumbuhan berbiji tertutup. Angiospermae (Bhs.
Yunani: Angion= “wadah”; spermae= benih atau biji).
Betapapun
juga telah lama diyakini bahwa tumbuhan tumbuhan berevolusi dari alga hijau,
yaitu protista fotosintetik yang hidup di air. Kelompok alga hijau berkembang
sangat pesat sehingga keanekaragamannya juga tinggi. Kini banyak bukti
yang mengarahkan kekerabatan jenis alga hijau yang termasuk karofita dengan
tumbuhan karena adanya:
1) Kesamaan
DNA kloroplas alga hijau karofita dengan tumbuhan
2) Kesamaan
biokimiawi, yaitu komponen selulosa penyusun dinding sel dankomposisi
enzim peroksisom pada alga dan tumbuhan
3) Kemiripan
dalam mekanisme mitosis dan sitokinesis,
yaitu adanya organel-organel mikrotubul, mikrofilamen aktin dan
vesikula pada proses pembelahan sel.
4) Kemiripan
dalam ultra struktur sperma
5) Adanya
hubungan kekerabatan (genetik) berdasarkan kesamaan gen dan RNA
Karofita yang
diwakili oleh ganggang karangan (Characeae) menunjukkan bahwa karofita dan
tumbuhan memiliki nenek moyang yang sama. Karofita modern umumnya hidup di
perairan dangkal, sementara karofita primitif diduga juga telah hidup di
air dangkal yang mudah terancam kekeringan. Seleksi alam terjadi sehingga alga
ini bertahan hidup di laut dangkal. Perlindungan terhadap embrio yang
berkembang di dalam gametangia merupakan cara adaptasi terhadap kekeringan, dan
ternyata cara ini berguna pada saat mereka hidup di darat. Pada masa ordo visian
terjadi akumulasi adaptasi sehingga organisme tersebut dapat hidup di darat.
Bryofita
merupakan tumbuhan “darat” awal yang berevolusi dari jenis yang hidup di
air. Adaptasi ini belum sempurna,sehingga bryofita memerlukan tempat hidup yang
lembab. Bryofita (Bhs Yunani+ “lumut”) menunjukkan adaptasi penting dengan
kehidupan darat yaitu adanya arkegonium (gametangium betina) dan anteridium
(gametangium jantan).
Arkegonium menghasilkan satu sel
telur (ovum), anteridium menghasilkan sperma berflagela. Sel telur dibuahi di
dalam arkegonium dankemudian berkembang menjadi zigot. Zigot kemudian
berkembang menjadi embrio di dalam selubung pelindung organ
betina. Sekalipun embrio telah terlindung sedemikian rupa, namun
bryofita belum sepenuhnya terbebas dari kehidupan air. Untuk bereproduksi,
sperma berflagela (ciri kehidupan air) masih tetap memerlukan air untuk dapat
membuahi sel telur. Bryophyta juga tidak memiliki jaringan „lignin‟ dan
tidak memiliki jaringan vaskuler, sehingga air dari lingkungan berdifusi dan
diserap oleh sel. Tinggi tumbuhan lumut umumnya 1-2cm, namun ada yang mencapai
20 cm. Ovarium melalui mikropil. Satu nucleus sperma akan membuahi sel telur,
lalu membentuk zigot yang diploid. Nucleus sperma lainnya menyatu dengan dua
nucleus yang ada di tengah kantung embrio, lalu membentuk sel dengan nucleus
triploid (3 n). inilah yang disebut pembuahan ganda.
Melalui
pembuahan ganda, terjadilah keselarasan antara perkembangan cadangan makanan
dalam biji dengan perkembangan embrio, nucleus triploid akan menjadi cadangan
makanan bagi embrio diploid. Bakal biji yang telah matang terdiri atas embrio,
endosperma, dan selaput biji yang berasal dari integumen. Ovarium akan
berkembang menjadi buah pada saat bakal biji berkembang menjadi biji. Bila buah
telah masak, biji akan berkecambah di lingkungan yang cocok, selaputnya akan
pecah, embrio akan keluar sebagai kecambah. Embrio dalam proses
perkecambahannya menggunakan dari endosperma dan kotiledon.
Evolusi
Angiosperma, Fosil tertua angiosperma diperkirakan hidup sekitar 130 juta tahun
yang lalu. Fosilnya ditemukan di lapisan batuan Kreta. Jika dibandingkan dengan
fosil paku dan gimnosperma, maka fosil angiosperma sangat jarang ditemukan.Pada
akhir masa Kreta sekitar 65 juta tahun silam, angiosperma mulai mendominasi
daratan di bumi hingga saat ini. Bumi kita pernah dilanda kepunahan masal,
yaitu pada akhir masa Permian sekitar 200 juta tahun yang lalu, dan akhir masa
Kreta. Masa ini merupakan periode krisis karena banyak kelompok organisme mati
dan kemudian digantikan kelompok baru. Frekuensi kepunahan tertinggi terjadi
dilautan, namun flora dan fauna di darat juga mengalami kepunahan yang cukup besar.
Kelompok reptilia raksasa seperti Dinosaurus berangsur-angsur punah,begitu pula
kelompok sikad dan conifer yang mendominasi hutan zaman Mesozoikum juga ikut
punah.
Setelah
kepunahan itu, maka nicia-nya digantikan oleh mamalia dan tumbuhan berbunga.
Perubahan ini tampak dari perubahan fosil selama akhir masa Kreta. Para ahli
geologi menggunakan akhirmasa Kreta sebagai batas antara zaman Mesozoikum dan
Kenozoikum. Evolusi angiosperma juga mempengaruhi evolusi hewan, karena
beberapa hewan yang menghuni daratan menyesuaikan kebutuhan makanannya dengan tumbuhan
bunga yang mendominasi hutan masa itu mulai dari dasar hutan hingga bagian
tudungnya dimana terdapat tumbuhan epifita. Hewan pemakan tumbuhan menjadi
terspesialisasi untuk memakan jenis tumbuhan tertentu. Serangga yang mencari
madu bunga, kemudian berkembang menjadi hewan penyerbuk. Hewan penyerbuk ini
kemudian menjadi faktor yang meningkatkan keanekaragaman tanaman bunga, hewan
ini menjadi ko-evolusi bagian giosperma.
Berbagai jenis
bunga kemudian mengembangkan keunikannya untuk menarik perhatian hewan
penyerbuk, misalnya warna tertentu menjadi daya tarik hewan serangga, burung
dan hewan lainnya. Aroma bunga juga menjadi daya tarik bagi hewan. Dengan
demikian terbentuk suatu pola interaksi khusus antara hewan penyerbuk dengan
bunga yang diserbuknya. Begitu pula dengan penyebaran biji. Buah yang telah
masak umumnya berwarna mencolok atau menebarkan aroma yang menarik perhatian
hewan pemakan buah tersebut. Daging buahnya dimakan, namun bijinya tak dapat
hancur dalam system pencernaan hewan, kemudian keluar bersama fesesnya atau
dikeluarkan lagi dari paruhnya (jika hewan pemakannya adalah burung), sehingga
dapat tumbuh di tempat yang jauh dari induknya. Dalam hal ini hewan menjadi
perantara dalam penyebaran biji tumbuhan. Inilah salah satu faktor yang
menyebabkan angiosperma berhasil dalam penyebarannya di darat.
Pada saat ini
boleh dikatakan angiosperma merupakan tumpuan harapan bagi ketersediaan sumber
makanan di bumi, karena sebagian besar tanaman pertanian merupakan angosperma.
Mulai dari tumbuhan penghasil karbohidrat seperti padi, jagung, ketela,
kentang, tumbuhan penghasil buah-buahan seperti apel, jeruk, tomat, durian dan
lain-lain, hingga tumbuhan penghasil komoditas lainnya. Semuanya ini tak
terlepas dari adanya campur tangan manusia dalam menyebarkan benih dan membudidayakan tumbuhan. Manusia tentu saja
berperan sangat besar dalam evolusi tumbuhan angiosperma melalui proses pemuliaan,
seleksi, dan hibridisasi untuk memperbaiki mutu tanaman pertaniandan
budidaya.Tumbuhan juga berperan dalam mempengaruhi iklim di bumi,
karenamenurunkan jumlah CO2 di atmosfer bumi sehingga iklim di bumi menjadi lebih
sejuk. Karbondioksida di atmosfer menyebabkan terjadinya pemanasan dipermukaan
bumi, sehingga disebut sebagai “efek rumah kaca”, dan gas CO2 disebut “gas
rumah kaca”.
Peranan tumbuhan
terhadap iklim global diduga telah terjadi sejak zaman Paleozoikum karena :
1)
Tumbuhan
menggunakan CO2 sebagai sumber karbon untuk prosesfotosintesis
2)
Tumbuhan
mengembalikan sebagian CO2 hasil respirasinya ke udara, dan juga hasil
respirasi dari organisme heterotrof yang
hidup di masa itu.
Sebagian besar karbon yang
digunakan untuk asimilasi tersimpan di dalam tanah sebagai cadangan makanan
yang terbenam untuk waktu yang relatif lama dalam bentuk sporopolenin, lignin,
dan lilin setelah tumbuhan tersebut mati. Berdasarkan postulat Berne, pengaruh
tumbuhan terhadap kadar karbondioksida di atmosfer terjadi melalui kegiatan
tumbuhan vaskuler didalam tanah, karena akar tumbuhan vaskuler dapat menyebar
hingga ke tempat yang jauh yang berbatu-batu. Akar ini mampu memecah bebatuan
dan mengeluarkan senyawa asam yang membebaskan mineral dan partikel tanah. Apabila
terjadi pembasuhan maka CO2 akan bereaksi dengan mineral
terutama setelah mineral mengalir ke laut, sehingga reaksi ini akan menurunkan
kadar CO2 di atmosfer.
BAB
III
PUNUTUP
A.
Kesimpulan
1. Semua tumbuhan merupakan
eukariot multiseluler yang autotrof fotosintetik. Sel tumbuhan mempunyai
dinding sel yang tersusun dari selulosa yang kemudian melakukan adaptasi dan
deferensiasi morfologi.
2. Adaptasi tumbuhan dapat
berupa adaptasi stuktural, adaptasi kimiawi, adaptasi sistem reproduksi dan
pergiliran generasi
3.
Periode evolusi tumbuhan vaskuler memalului 4 tahapan periode yang
menurut sejarah berasal dari nenek moyang akuatik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentarnya mudah-mudahan bermanfaat