LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
TUMBUHAN
RESPIRASI TUMBUHAN
Tanggal
Praktikum, 4 April 2012
Disusun Oleh :
1. Alamil Huda (081014007)
2. A. Kharish Fahmi (081014009)
3. Cipto Dwi Handono (080710470)
4. Eko Prasetyo N.S.W. (081014066)
5. Hasan Adro’i (081014048)
6. Muhammad (081014102)
7. Syaiful Yahya (081014072)
Dosen Asistensi :
Hery Purnobasuki, Drs. M.Si
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
1.
TUJUAN
·
Membuktikan bahwa respirasi menghasilkan
CO2
·
Mengetahui perubahan suhu akibat aktivitas
respirasi tumbuhan
2.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tumbuhan
terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan
pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu
proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun
satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari.
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses
tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan
proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun
tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi
bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Fotosintesis juga terjadi proses
metabolisme lain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme
atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel
dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob
diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam
respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan
senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat
dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi
adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi
dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6H2O + Energi
Tergantung
pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol Co2 yang dilepaskan dan jumlah mol
O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9),
lemak <1 (= 0,7) dan asam organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung
pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi
dan kondisi lainnya (Krisdianto dkk, 2005).
Respirasi juga terjadi pada manusia yang disebut
dengan pernapasan. Proses menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Respirasi pada manusia bisa memiliki gangguan seperti penyakit infeksi saluran pernapasan
akut atau yang disebut juga (ISPA), hal ini merupakan salah satu masalah
kesehatan di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada
anak balita. Untuk
mencegahnya bisa digunakan sanitasi rumah, yaitu usaha kesehatan masyarakat yang
menitik beratkan pada pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang
menggunakan sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia. Sarana tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembapan, padatan
hunian, penerangan alami, kontruksi bangunan, sarana pembuangan sampah, sarana
pembuangan kotoran manusia dan penyediaan air bersih ( nindya, sulistyorini,
2005).
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
A. Respirasi
Aerobik (aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi
yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara
sederhana dapat dituliskan:
C6H12O6 +
6H2O >> 6H2O + 6CO2 + 675
kal
Dalam
kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang
terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3
tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport elektron (syamsuri, 1980).
·
Glikolisis
Kata “glikolisis” berarti
“menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur ini. Glukosa,
gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih
kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua
molekul piruvat (champbell, 2002)
NADH merupakan sumber elektron
berenergi tinggi, sedangkan ATP adalah persenyawaan berenergi tinggi. Selama
glikolisis dihasilkan 4 molekul ATP, akan tetapi 2 molekul ATP diantaranya
digunakan kembali untuk berlangsungnya reaksi-reaksi yang lain sehingga tersisa
2 molekul ATP yang siap digunakan untuk tubuh. Seluruh proses glikolisis tidak
memerlukan oksigen. Reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma (di luar
mitokondria). Hasil akhir sebelum memasuki siklus krebs adalah asam piruvat.
Ada yang membedakan tahap ini menjadi dua yaitu glikolisis dan dekarbosilasi
oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa 6C menjadi senyawa 2C pada hasil akhir
glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi oksidatif adalah reaksi asam piruvat
diubah menjadi asetil KoA (syamsuri, 1980_.
·
Siklus krebs
Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang
tersimpan dalam glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua
molekul piruvet. Jika ada oksigen molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria
dimana enzim siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya
(champbell, 2002)
Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C)
menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi
berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam
perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan. Pada tiap tahapan, dilepaskan
energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan langsung dapat
digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem
transport elektron.
Dalam tahap ini dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air.
Seluruh reaksi siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas
(aerob). Siklus krebs berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).
·
Sistem Transpor ELektron
Energi yang terbentuk dari
peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua macam. Pertama dalam bentuk
ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP (Guanin Tripospat). Energi
ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat digunakan. Kedua dalam
bentuk transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin Dinokleutida) dan FAD
(Flafin adenine dinukleotida) dalam bentuk FADH2. Kedua macam sumber
elektron ini dibawa kesistem transfer
elektron. Proses transfer elektron ini sangat komplek, pada dasarnya,
elektron dan H+ dan NADH dan FADH2 dibawa dari
satu substrak ke substrak yang lain secara berantai. Setiap kali dipindahkan,
energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan fosfat anorganik (P) kemolekul
ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir terdapat oksigen sebagai
penerima, sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1 glukosa melalui
respirasi aerobik menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis, siklus
krebs dan transport elektron dihasilkan senyawa – senyawa antara. Senyawa itu
digunakan bahan dasar anabolisme (Syamsuri, 1980).
B. Respirasi
Anaerobik (Anaerob)
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan
senyawa tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga
pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik
terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air,
biji – biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel – sel ragi dan
bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa.
Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon
dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan
karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi
aerobik. Reaksinya :
C6H12O6 Ragi >>
2C2H5OH + 2CO2 + 21Kal
Dari
persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan
bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat
hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika
luka tertutup sehingga member kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri,
1980).
3.
ALAT
A.
Respirasi menghasilkan CO2
·
Botol plastik bekas 200mL
·
Kain kasa
·
Pencatat waktu
·
pinset
B.
Perubahan suhu akibat aktivitas
respirasi tumbuhan
·
Tabung reaksi
·
Termometer
·
Rak tabung reaksi
·
Pencatat waktu
4.
BAHAN
A.
Respirasi menghasilkan CO2
·
Kecambah kacang hijau
·
Kapur semen
·
air
B.
Perubahan suhu akibat aktivitas
respirasi tumbuhan
·
Kecambah kacang hijau
·
Kertas alumunium
·
Kapas
5.
PROSEDUR
KERJA
A.
Respirasi menghasilkan CO2
1) Siapkan
2 botol plastik bekas dan isi masing-masing dengan air sebanyak kurang lebih
setengah volume botol
2) Masukkan
ke dalam masing-masing botol tersebut kapur semen secukupnya secara hati-hati,
lalu biarkan beberapa saat agar kapur tadi mengendap di dasar botol dan tidak
terlarut. Botol jangan dikocok-kocok atau digoyang-goyang. Bila terlihat
endapan dan larutan sebelah atas nampak bening atau agak bening maka percobaan
siap dilakukan.
3) Ambil
kecambah kacang hijau secukupnya, lalu bungkus kecambah itu dengan kain kasa
4) Masukkan
masing bungkusan tadi ke dalam salah satu botol yang telah diisi air kapur
5) Simpan
kedua botol itu di tempat gelap selama 24 jam
6) Setelah
24 jam ambil botol-botol tersebut dan amati perubahan apa yang terjadi pada
larutan air kapur dan kecambah
B.
Perubahan suhu akibat aktivitas
respirasi tumbuhan
1)
Siapka 3 tabung reaksi, beri tanda I,II
dan III pada masing-masing tabung tersebut dengan menggunakan spidol atau
kertas label
2)
Pada masing-masing tabung tersebut
diberikan kondisi sebagai berikut
·
I. Tabung reaksi kosong
·
II. Tabung reaksi diisi dengan setengah
penuh kecambah
·
III. Tabung reaksi diisi dengan penuh
kecambah
3)
Letakkan tabung-tabung reaksi tersebut
pada rak dan pada masing-masing tabung disisipkan thermometer. Lalu tutup mulut
tabung dengan kertas alumunium atau kapas dan masih menyisakan sebagian
thermometer di luar tabung
4)
Biarkan selama 120 menit, lalu amati
perubahan suhu yang terjadi dengan
kisaran 15 menit selama 2 jam. Catat suhunya dan gambarkan dalam grafik hubunga
antara jumlah kecambah, waktu dan suhu
6.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Respirasi menghasilkan CO2
NO
|
Spesimen
|
Sebelum
perlakuan
|
Setelah
perlakuan
|
1
|
Botol
berisi air kapur tanpa kecambah
|
Air
sedikit keruh
|
Air
tampak lebih jernih
|
2
|
Botol
berisi air kapur dengan kecambah
|
Air
sedikit keruh
|
Air
tampak lebih keruh, kecambah mulai tumbuh dan menembus kain kasa
|
B.
Perubahan suhu akibat aktivitas
respirasi
perlakuan
|
Kisaran
waktu (menit)
|
||||||||
0
|
15
|
30
|
45
|
60
|
75
|
90
|
105
|
120
|
|
I
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
25
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
II
|
25
|
26
|
26
|
26
|
26
|
27
|
28
|
28
|
29
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
III
|
25
|
31
|
31
|
31
|
31
|
32
|
32
|
33
|
33
|
Keterangan
I.
:
Tabung reaksi kosong
II.
:
Tabung reaksi berisi setengag penuh kecambah
III.
:
Tabung reaksi berisi penuh kecambah
Keterangan
Series
1 : Tabung reaksi kosong
Series
3: Tabung reaksi berisi setengag penuh kecambah
Series
5: Tabung reaksi berisi penuh kecambah
Pada praktikum ini kita telah mengamati proses respirasi pada
kecambah kacang hijau. Alasan mengapa bahan yang digunakan adalah kecambah
kacang hijau, karena tumbuhan ini merupakan suatu organisme yang walaupun ia
masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan pernapasan,
hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah diamati dimana kecambah kacang
hijau sebagai bahan percobaan mampu melakukan respirasi.
Kecambah melakukan
pernapasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas
oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap/diperlukan dan menghasilkan gas
karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi.
Pada dasarnya, proses
respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunakan dalam metabolisme
dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebuah tanaman dewasa.
Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar pula kebutuhannya akan energi
sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen yang banyak pula.
A.
Respirasi
menghasilkan CO2
Pada percobaan ini digunakan 2 botol yang masing-masing diisi dengan air
dan kapur semen yang diendapkan dalam air, dimana kapur semen berfungsi sebagai
indikator terjadinya respirasi pada tumbuhan. Selanjutnya kecambah dibungkus
dengan kasa lalu dipasang diatas permukaan air yang sudah tercanpur dengan kapur semen pada satu botol, sedangkan
botol yang lain tanpa diberi kecambah, kemudian
masing-masing mulut botol ditutup dengan alumunium foil.
Pada botol yang kosong tidak terjadi proses respirasi sehingga air pada
botol tampak lebih jernih hal ini dikarenakan kapur semen mengendap didasar
air, sedangkan pada botol yang berisi dengan kecambah air pada botol tampak
lebih keruh, ini disebabkan karena pada botol yang berisi kecambah mengalami
proses respirasi, yaitu menghasilkan karbon dioksida, geas karbondioksida ini
kemudian dilepaskan dalam udara bebas yang ada dalam botol, selanjutnya gas
karbon ini akan bersiklus didalam botol bergerak menempati ruangan-ruangan
dalam botol. Dalam pergerakan ini menghasilkan efek terjadinya goncangan pada molekul-molekul
air akibat adanya tumbukan dengan gas karbon sehingga mengakibatkan kapur semen
dalam botol juga ikut bergerak, yang tadinya mengendap akibat pengaruh
pergerakan ini kapur semen akan larut dalam air sehingga air menjadi lebih
keruh. Semakin lama maka kadar gas karbondioksida akan semakin tinggi sehingga
kekeruhan air pun akan semakin meningkat.
B. Perubahan suhu akibat aktivitas respirasi
Tabung reaksi diletakkan pada beaker besar dan diberi tanda. Tabung reaksi I kosong tanpa diisi dengan
kecambah. Tabung rekasi II diisi
kecambah kacang hijau segar setengah bagian, sedangkan
tabung reaksi III diisi kecambah kacang hijau
segar memenuhi
tabung rekasi tujuannya adalah untuk
membuktikan adanya perubahan suhu akibat aktivitas respirasi.
Selanjutnya pada tabung II
dan III dimasukkan thermometer lalu pada masing-masing mulut tabung reaksi
ditutup dengan alumunium foil Tabung. Semua tabung dibiarkan
hingga 2 jam namun pada setiap perubahan waktu 15menit suhu pada tabung reaksi
dicatat.
Hasil percobaan menunjukkan
bahwa pada tabung reaksi no I suhunya tidak mengalami perubahan apapun, hal ini
dikarenakan pada tabung reaksi ini tidak terjadi respirasi sehingga tidak
menghasilkan panas yang berpengaruh ke lingkungan. Sedangkan pada tabung reaksi
no II dan III terjadi perubahan suhu yang ditunjukkan oleh thermometer hal ini
dikarenakan pada tabung reaksi no II dan III terjadi proses respirasi yang
menghasilkan panas, dimana panas tersebut di lepas ke lingkungan. Namun pada
tabung no II dan III memiliki perbedaan suhu dimana suhu pada tabung reaksi no
III lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tabung reaksi yang berlabel no II hal
ini dikarenakan banyaknya individu yang malakukan respirasi berpengaruh
terhadap hasil respirasi, dimana pada tabung no II hanya berisi setengah
individu kecambah sedngkan pada tabung no III berisi penuh dengan individu
kecambah. Pada tabung yang berisi penuh dengan kecambah hasil respirasinya
semakin tinggi sehingga panas yang dihasilkan dan dilepas pada lingkungan sangat
tinggi pula.
7.
DISKUSI
1.
Mengapa proses respirasi dapat
mempengaruhi keadaan suhu di lingkungan?
Jawab
:
·
Karena, hasil akhir dari respirasi
adalah berupa CO2 dan H2O. Pernafasan lebih menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh energi
atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah
karbohidrat. Pembakaran membutuhkan oksigen (O2), terjadi di dalam
setiap sel yang hidup. Energi yang diperoleh berupa energi kimia (ATP) yang
digunakan untuk berbagai aktivitas fisiologi dalam tubuh. Di samping itu,
pembakaran menghasilkan pula zat sisa berupa gas asam arang (CO2) dan air.
Tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap melalui daun (stomata). Bila dalam keadaan anaerob atau kurang oksigen, jaringan
melakukan respirasi secara anaerob. Misal
pada akar yang tergenang air.
Pada respirasi aerob, terjadi pembakaran (oksidasi) zat gula (glukosa) secara sempurna, sehingga
menghasilkan energi jauh lebih besar (36 ATP) daripada respirasi anaerob (2 ATP saja). ATP ini yang
akan digunakan tumbuhan untuk aktivitas dan tumbuh yang menghasilkan panas.
Juga hasil respirasi adalah H2O yang menyebabkan suhu sekitar tumbuhan menjadi
sejuk pada siang hari
2.
Bagaimana mekanisme produk panas hasil
dari hasil respirasi?
Jawab
:
·
C6H12O6 + 6O2 ----- 6CO2 + 6H2O ∆G°
= 686 kkal
1
grammol glukosa dioksidasi oleh 6 grammol oksigen menghsilkan 6 grammol
karbondioksida dan 6 grammol air. Sedangkan energy yang dilepas adalah sebesar
686 kkal. Respirasi
aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan
energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat
dituliskan:
C6H12O6 + 6H2O 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport elektron.
C6H12O6 + 6H2O 6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport elektron.
3.
Mengapa kecambah yang digunakan pada
tiap tabung berbeda jumlahnya? Apakah hal ini mempengaruhi hasil data
pengamatan?
Jawab
:
·
Karena, jumlah kecambah menentukan
besarnya aktivitas respirasi. Hal ini disebabkan karena masing – masing
kecambah mengalami respirasi sehingga akumulasi dari hasil respirasi tersebut
akan menghasilkan panas tinggi. Semakin banyak kecambah maka semakin banyak
pula energi panas yang dikeluarkan oleh kecambah. Jelas hal ini akan
mempengaruhi data hasil pengamatan.
4.
Apakah fungsi kertas aluminium atau
kapas berkaitan dengan perubahan suhu dalam percobaan ini?
Jawab
:
·
Kertas aluminium atau kapas berfungsi
sebagai penutup tabung reaksi dan gelas sehingga kita dapat menjaga kestabilan
suhu yang dihasilkan dalam peristiwa respirasi oleh kacambah dan mengunci gas
yang dihasilkan dalam respirasi tidak keluar. Akhirnya bahan tidak
terkontaminasi benda luar.
8.
KESIMPULAN
·
Aktivitas respirasi meghasilkan gas CO2
yang dilepaskan ke lingkungan
·
Aktivitas respirasi mempengaruhi
perubahan suhu lingkungan
·
Jumlah individu yang melakukan respirasi
mempengaruhi tingkat panas yang dilepaskan ke lingkungan, dimana semakin banyak
individu yang melakukan respirassi semakin tinggi pula panas yang dilepas ke
lingkuangan sedangkan semakin sedikit individu yang melakukan respirasi maka
panas yang dilepas ke lingkungan juga semakin sedikit.
Champbell, N.A,dkk.2002. “Biologi”. Edisi lima Jilid satu.
Erlangga:Jakarta
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Krisdianto, dan kawan-kawan. 2005. Penuntun
Praktikum Biologi Umum. FMIPAUniversitas Lambung
Mangkurat.Banjarbaru.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip
Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT Gramedia. Jakarta.
Nindy, Triska Sulisa,dkk. 2005. “Hubungan Sanitasi Rumah
dengan Kejadian Infeksi Saluran
vol 2 No 1
pernapasan Akut (ISPA) pada anak balita”.Jurnal Kesehatan
Lingkungan,
Syamsuri, Istamar.1980. “Biologi SMA”. Erlangga:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentarnya mudah-mudahan bermanfaat