LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA MOLEKULER
ISOLASI PROTEIN
HEWAN DAN TUMBUHAN
Pelaksanaan Praktikum : Jum’at 16 Maret 2012
Disusun oleh:
1.
Syaiful Yahya (081014072)
2.
Sri Wahyuni (081014109)
3.
Salwa Hayati (081014095)
4.
Siti Nur Hafidah (081014104)
5.
Syarif Maturindo (081014115)
Dosen yang Asistensi:
Sri Puji
Astuti
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
I.
TUJUAN
1.
Mengisolasi
protein dari organ hati (ayam, mencit, dan sapi), organ limpa dan jantung mencit
2.
Mengisolasi
protein dari daun muda (ujung), setengah muda (tengah), daun tua (pangkal),
serta batang tanaman
3.
Mengukur
konsentrasi protein hewan dan tumbuhan hasil isolasi.
II.
DASAR TEORI
Protein (protos yang
berarti ”paling utama”) adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Peptida dan
protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air
dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil
dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida.
Protein banyak
terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada
tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah
dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme
pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak
dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Asam amino merupakan
unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida pada setiap
ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan
S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang
yang biasa dijumpai pada protein.
Dari struktur umumnya,
asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan
gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino dan
gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena
asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi
kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi
asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat
bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat
bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat.
Semua asam amino yang
ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan amino
diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain
pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan
kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik yang
melibatkan gugus R-nya.
Melalui reaksi
hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan
gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar
dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin,
Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino
polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin,
Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang
bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang
bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya.
Protein tersusun atas
asam-asam amino melalui ikatan peptide, yaitu ikatan antara gugus karboksil
(-COOH) dan gugus amina (-NH2). Oleh karena
itu protein juga disebut polipeptida.
Ikatan yang terjadi pada
protein selain ikatan peptide antar asam-asam amino penyusunnya, juga terjadi
ikatan-ikatan yang lain. Misalnya, ikatan hydrogen yang terjadi pada gugus N-H
dan pada gugus O-H, ikatan disulfide yaitu –S – S – menyokong terjadinya ikatan
yang kompleks pada protein. Ikatan ion pada protein juga terjadi bila di
dalamnya terdapat gugus ion logam, dan ikatan koordinasi, misalnya ikatan
koordinasi antara ion Fe3+ dengan
hemoglobin pada darah.
Protein :
H2O H+
{ – NHCHC – NHCHC –
} H2NCHCO2H + H2NCHCO2H +
………………..
R
R
Kalor
R
R
Sifat-sifat protein :
a)
Protein sukar larut dalam air Karen ukuran
molekulnya yang sangat besar.
b)
Dapat mengalami koagulasi oleh pemanasan,
penambahan asam atau basa.
c)
Bersifat amfoter karena membentuk zwitter ion,
pada titik isoelektriknya protein mengalami koagulasi sehingga dapat dipisahkan
dari pelarutnya.
d) Protein dapat mengalami
kerusakan (terdenaturasi) oleh pemanasan. Pada denaturasi protein dapat
mengalami kerusakan mulai dari kerusakan struktur primernya sampai pada
struktur tersiernya.
Protein merupakan
kelompok biomakromolekul yang sangat heterogen. Ketika berada di luar makhluk
hidup atau sel, protein sangat tidak stabil. Untuk mempertahankan fungsinya,
setiap jenis protein membutuhkan kondisi tertentu ketika diekstraksi dari
normal biological milie. Protein yang diekstraksi hendaknya dihindarkan dari
proteolisis atau dipertahankan aktivitas enzimatiknya.
Untuk menganalisa protein yang ada di dalam sel
tersebut, diperlukan prosedur fraksinasi sel yaitu :
·
Memisahkan sel dari jaringannya.
·
Menghancurkan membrane sel untuk mengambil
kandungan sitoplasma dan organelnya.
·
Memisahkan organel-organel dan molekul
penyusunnya.
Isolasi protein yaitu
memisahkan protein dari makromolekul yang lain atau memisahkan protein dengan
sifat tertentu dan protein dari protein lain lain yang tidak diinginkan dalam
analisa. Suatu teknik isolasi dan identifikasi protein harus mempertimbangkan
sifat-sifat fisik, kimiawi dan kelistrikan suatu protein sedemikian rupa
sehingga konformasi dan aktifitasnya tidak berubah. Pada tahap awal isolasi,
biasanya digunakan metode yang memiliki daya pemisah terendah seperti pengendapan
dengan ammonium sulfat. Pengendapan ini dipengaruhi olah berbagai factor antara
lain jumlah dan posisi gugus polar, berat molekul, pH dan temperature larutan.
III.
ALAT DAN BAHAN
Bahan:
-
Hati (ayam,mencit, dan
sapi),limpa dan jantung mencit
-
Daun muda, daun tengah,
dan daun tua, serta batang tumbuhan
-
Buffer
ekstrak (Tris HCL 0,1 M pH 7,2 dan mercaptoehanol
-
Larutan Bradford
-
Akuades
-
Es
-
Etanol dingin
Alat
-
Mortal dan pestle
-
Tabung Eppendorf
-
Refrigerator
-
Micro
pippet
-
Shaker
-
Tip: blue tip, yellow tip, white tip.
-
Sentrifus
-
Microcuvet
-
Spektrofotometer
-
Kulkas
IV.
CARA KERJA
Isolasi Protein Hewan
1.
Memotong kecil- kecil
organ hati, limpa, dan jantung sebanyak 1 gram. Kemudian menggerusnya dengan
mortal dan pastle dalam keadaan dingin (pemecahan secara mekanik) sambil
menambahkan dengan buffer ekstraksi
sebanyak 300- 500 μl (pemecahan secara kimiawi)
2.
Memasukkan homogenate
kedalam tabung Eppendorf, dan di vorteks selama 10 menit. Dan kemudian
disentrifugasi pada kecepatan 6000 rpm selama 15 menit.
3.
Memisahkan antara
supernatan dan peletnya.
4.
Mengambil supernatannya
dan menambahkan dengan etanol absolut dingin dengan perbandingan 1:1.setelah
itu menginkubasi dalam refrigerator selama 1 jam pada suhu 4o C
untuk pemisahan etanol dan proteinnya
5.
Mensentrifugasi selama
15 menit pada kecepatan 10.000 rpm
6.
Mengambil endapan dan
mengeringkan hingga bau etanol hilang,serta menambahkan buffer Tris-HCL 20 mM
sebanyak 100 μl untuk penyangga agar protein tetap pada kondisi tersebut.
Setelah proses tersebut akan mendapatkan ekstrak protein kasar.
7.
Mengukur kadar protein
hasil ekstraksi.pertama membuat larutan blanko yang terdiri dari 200 μl larutan
Bradford dan ditambah 800 μl akuades. Kedua membuat larutan sampel yang terdiri
dari 10 μl protein sampel hasil isolasidan 200 μl larutan Bradford, serta
ditambah 790 μl akuades.
8.
Mengukur nilai OD
protein sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
9.
Menghitung konsentrasi
protein dengan rumus Y= 0,0465 X – 0,0157 ( Y adalah nilai OD, X adalah
konsetrasi protein).
10.
Supernatan disimpan
dalam refrigerator -20%
sampai dilakukan elektroforesis
Isolasi Protein
Tumbuhan
1.
Menghancurkan daun
sebanyak 0,1 gram dengan mortal dan pestle.
2.
Memindahkan homogenate
yang dihasilkan ke tabung Eppendorf dan menambahkan sebanyak 300- 500 μl buffer
ekstrak dalam keadaan dingin.
3.
Menginkubasikan
homogenate dalam refrigerator selama 30 menit dengan dishaker sekali selama 10
menit.
4.
Mensentrifugasi
homogenat pada 7.000 rpm selama 10 menit dengan suhu 4oC. Supernatan
yang didapatkan dipindahkan ke tabung
Eppendorf baru. Supernatan yang didapatkan sudah mengandung protein kasar.
5.
Mengukur konsentrasi
protein hasil ekstraksi dengan cara yang sama
pada pengukuran konsentrasi protein hewan (langkah 7-9)
6.
Menyimpan supernatan
dalam refrigerator -20o C sampai dilakukan elektroforesis
V.
HASIL PENGAMATAN
Bahan
|
OD
|
Konsentrasi Protein
|
Hati Mencit
|
0,396
|
0,8853 µg/µl
|
Hati Sapi
|
0,106
|
0,1308 µg/µl
|
Hati Ayam
|
0,3
|
0,679 µg/µl
|
Organ Limpa
|
0,054
|
0,15 µg/µl
|
Jantung
|
0,057
|
0,156 µg/µl
|
Daun Muda
|
0,187
|
0,4359 µg/µl
|
Daun Setengah Muda
|
0,530
|
1,1735 µg/µl
|
Daun Tua
|
0,235
|
0,5391 µg/µl
|
Batang
|
0,136
|
0,3262 µg/µl
|
Menghitung Konsentrasi Protein dengan
Rumus :
Y = 0,0465 X – 0,0157
Keterangan :
Y : nilai OD
X : konsentrasi protein
VI.
PEMBAHASAN
A. Isolasi
protein hewan
Langkah
pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan sebanyak 1 gram, kemudian
digerus dan ditambahkan dengan buffer ekstraksi sebanyak 300-500 ul. Penambahan
buffer ekstraksi bertujuan untuk memecahkan sel- sel yang terdapat dalam bahan.
Langkah selanjutnya adalah menghomogenkan campuran dengan vortex kemudian
disentrifugasi 6000 rpm untuk memisahkan rendemen (pelet) dari supernatan.
Supernatan diambil kemudian ditambahkan etanol dengan tujuan mengendapkan
protein, selanjutnya supernatan di sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm.
Endapan yang diambil dari proses sentrifugasi ditambahkan buffer Tris HCL 20 mM
untuk menyangga agar protein tetap pada kondisi pH yang sesuai.
Pengukuran
kadar protein hasil ekstraksi dilakukan dengan cara membuat larutan blanko yang
terdiri dari 200 ul Larutan Bradford dan 800 ul aquades. Larutan Bradford
merupakan senyawa indikator
adanya protein. kemudian dilakukan pembuatan larutan sampel yang terdiri atas
10 ul protein, 200 ul Bradford dan 790 ul aquades.Langkah selanjutnya
dilakukan pengukuran OD mengunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 595
nm.
Kadar
protein yang diketahui berupa nilai kekeruhan larutan. Nilai- nilai OD pada
masing-masing bahan dikonversikan dalam satuan M (molaritas) Menggunakan Rumus
Y= 0,0465X – 0,0157. Dengan demikian dihasilkan konsentrasi protein pada
masing- masing bahan yakni: Organ Limpa
Mencit sebesar 0,15 µg/µl dan Organ jantung mencit sebesar 0,156 µg/µl
Isolasi protein
Tumbuhan
Pada
dasarnya langkah- langkah isolasi protein tumbuhan samahalnya dengan isolasi
pada tumbuhan, namun pada isolasi protein tumbuhan hanya dilakukan sentrifugasi
1 X dengan kecepatan 7.000 rpm. Selain itu untuk mendapatkan protein kasar
tumbuhan tidak mengambil peletnya, akan tetapi mengambil supernatannya karna pada supernatan inilah yang mengandung protein.
Larutan sampel yang diambil sebanyak 10 ul diukur nilai OD nya dengan
spektrofotometer dengan panjang
gelombang 565 nm. Kemudian nilai OD dikonversikan dalam satuan Molar
Menggunakan Rumus Y= 0,0465X – 0,0157. Dengan demikian dihasilkan konsentrasi
protein pada masing- masing bahan yakni: Batang
Tumbuhan sebesar 0,3262 µg/µl.
VII.
KESIMPULAN
1.
Konsentrasi
protein pada organ limpa mencit adalah 0,15 µg/µl
2.
Konsentrasi
protein pada organ jantung mencit adalah 0,156 µg/µl
3.
Konsentrasi
protein pada batang tumbuhan adalah 0,3262 µg/µl.
4.
Urutan
konsentrasi protein dari ketika pengamatan tersebut dari konsentrasi rendah ke
tinggi adalah, Organ limpa mencit, organ jantung mencit dan batang tumbuhan
5.
Konsentrasi
protein untuk tiap organ atau spesies jelas berbeda ,hal ini tergantung pada
fungsinya.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Klug, W.S. & M.R. Cummings.
1994. Concepts of genetics. Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs: xvi + 779
hlm.
Lewis, R. 2003. Human genetics:
Concepts and applications. The McGraw-Hills Company, Inc., Boston: xviii + 454
hlm.
Raven, P.H. & G.B. Johnson.
2002. Biology. 6th ed. McGraw-Hill Companies, Inc., New York: xxiv + 1238 hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentarnya mudah-mudahan bermanfaat