Rabu, 03 Oktober 2012

Perairan

TENTANG WILAYAH PERAIRAN
 
            Menurut ondara (1986) yang dimaksud dengan perairan tawar (perairan darat) adalah semua badan air di permukaan bumi arah ke darat dari garis pasang surut terendah baik berair tawar maupun payau. Perairan tawar terbagi atas perairan umum (tempat orang bebas melakukan penangkapan ikan atau juga pemeliharaan ikan) dan perairan budidaya (milik perorangan tempat memelihara ikan).
 
            Di Indonesia terdapat lebih kurang 18.316.265 hektar perairan tawar, yang terdiri atas 17.955.154 hektar perairan umum dan 361.099 hektar perairan budidaya (Ditjenkan, 1985). Padan tahun 2001 menurut direktorat jenderal budidaya, luas perairan tawar tersebut mengalami penurunan Karena terjadi perubahan peruntukan diantaranya menjadi daerah pemukiman dan industri. Diperkirakan pada tahun 2001, luas perairan tawar tinggal 3.142.600 hektar (kismiyati, 2009).
 
            Secara fisiologis perairan umum di Indobesia dapat dibedakan menjadi empat tipe perairan, yaitu :
1.      Perairan yang mengalir atau sungai dengan air yang berasal dari limpasan salah satu satuan hidrologi (daerah aliran sungai = DAS)
2.      Danau atau waduk, merupakan perairan alami dan perairan buatan yang dapat dibedakan dari perairan mengalir atas dasar ditemukanya stratidikasi lapisan perairan.
3.      Perairan rendah (wetland). Merupakan suatu habitat dimana muka air tanah, baik tawar maupun asin berada di dekat permukaan tanah serta ditumbuhi vegetasi yang tahan terhadap penggenangan yang relative tetap (water logging).
4.      Perairan estuaria yaitu perairan yang berada di daerah peralihan antara perairan tawar dan perairan laut dan merupakan daerah transisi.
Perairan budidaya terdiri atas kolam air tawar dan kolam air payau serta eawah tempat pemeliharaan ikan.
            Jika air hujab mengalir di ats permukaan daratan (eun off)m  sebagian dari air hujan tersebut akan hilang melalui evaporasi dan infiltrasi, sedangkan yang lainu\ya akan masuk ke dalam sungai, danau dan perairan darat lainya. Wilayah didaratan yang menyumbang run off permukaan ke dalam sungai, danau atau perairan tertentu ini dinamakan daerah aliran sungai atau DAS atau Drainase Basin,
           
            Ditinjau dari prespektif global, lebih dari 70% permukaan bumi ditutup oleh air, namun 97% bya hanya berupa air laut dan hanya 3% berupa air tawar (Miller, 2002). Dari 3% air atawar yang ada, 76,5% tersimpan dalam bentuk es di kutub,  23%  berupa air tanah (Ground water) dan kurang dari 1% tersedia bagi biota termasuk manusia. Air tawar yang tersedia bagi organism ini tersimpan di dalam danau atau waduk, lapisan tanah permukaan, sungai dan atmosfer.
            Walaupun bumi memiliki perairan tawar yang hanya sebagian kecil dari permukaanya, tetapi kepentinganya bagi manusia sangat besar karena alasan-alasan sebagai berikut :
1.      Sebagai sumber daya yang mampu mendukung produksi bahan mentah (ikan, udang dan biota akuatik lainya)
2.      Sebagai komoditas atau sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan akan air minum, keperluan pemukiman, industry, pertanian dan berperan sebagai penunjang sarana rekreasi, walaupun air laut melimpah tetapi biaya pengolahanya sangat mahal.
3.      Ekosistem perairan tawar merupakan alat yang baik dan murah untuk system pembungan limbah.
4.      Komponen air tawar merupakan bottle neck  dalam siklus gidrologi.
 
Daftar Pustaka
Miller, Jr. G. T. 2002. Living in the Environment, Principles, Connections and Solutions. Thomsons Learning Inc. Wadwosrth Group. Belmont.
Ondara. 1986.Limnologi dan Perikanan. Prosiding Ekspose Limnologi dan Pembangunan. Puslitbang limnology LIPI. Bogor.
Sugianto, Agoes. 2010. Ekologi Perairan Tawar. Surabaya : Airlangga Ubiversity Press.
 
   

Selasa, 02 Oktober 2012

Mikrosporangium

-->
MIKROSPORANGIUM

            Pada kebanyakan Angiospermae, stamen (benang sari) tersusun atas anthera (kepala sari) yang mengandung mikrosporangium (tempat dihasilkan pollen) dan jaringan penghubung (connective tissue), serta filament (tangkai sari). Anthera Angiospermae umunya terdiri dari 4 mikropsorangia (tetrasporangia) ini dijumpai pada kurang lebih 190 famili tumbuhan, tetapi ada juga tumbuhan lainya yang bertipe bisporangiate seperti pada Adoxaceae, cirseasteraceae, Epacridaceae, Malvaceae, Phylidraceae dan Restinaceae. Bixaceae mempunyai 8 sporangiate. Multi sporangiate anthera dijumpai pada Rhizoporaceae, Gentinaceae dan Loranthaceae.
            Anthera muda tersusun atas masa sel homogen yang dikelilingi oleh epidermis. Selama perkembanganya diperkirakan menampakkan empat lobus dan setiap lobus beberapa sel hipodermal menjadi lebih jelas dari pada sel lainya karena ukuranya yang lebih besar, memanjang radial dan inti jelas. Sel-sel ini mengandung archesporangium yang tersusun dari sel-sel berbaris vertikal dan pada sayatan melintang tampak memipih datar.
            Lapisan parietal primer mengalami seri pembelahan periklinal dan antiklinal membentuk 2-5 lapisan kosentrik dinding anthera. Sel-sel sporogenus setelah beberapa mitosis akan berfungsi sebagai sel induk mikrospora. Dinding anthera matang mempunyai lapisan-lapisan dari luar sampai ke dalam, yaitu epidermis, endotesium, 2 atau 3 lapisan tengah dan terakir lapisan tapetum. Berdasarkan perilaku lapisan parietal sekunder, ada empat tipe dinding anthera :
1.      Basic type, lapiasan parietal sekunder luar dan dalam membelah periklinal membentuk endotesium, 2 lapisan tengah dan lapisan tapetum.
2.      Dicotiledonous type, lapisan parietal luar membelah menjadi lapisan endotesium dan lapisan tengtah, sedangkan lapisan parietal dalam menjadi lapisan tapetum.
3.      Monocotiledonous type, lapisan parietal dalam membelah menjadi lapisan tapetum dan lapisan tengah sedangkan lapisan parietal luar menjadi lapisan endotesium.
4.      Reduced type, lapisan parietla sekunder luar dan dalam membentuk endotesium dan tapetum, sedangkan lapisan tengah tidak ada
EPIDERMIS
            Selama perkembangan anthera, sel-sel epidermis mengalami pembelahan antiklinal untuk mengatasi perluasan yang cepat dari jaringan internal. Pada anthera matang epidermisnya meragang dan memipih. Epidermis berfungsi sebagai jaringan pelindung.

ENDOTESIUM
            Sel mengalami proses pemanjangan, lapisan ini mencapai perkembangan saat anthera telah siap pecah dan memancarkan pollen. Sel-selnya mengembangkan pita-pita fibrous yang muncul dari dinding tangensial dalam (terkadang dari dinding radial) dan memanjang ke luar dan ke atas, serta berakir dekat dinding luar tiap sel. Lapisan ini mengandung a-selulose dan lignin.

LAPISAN TENGAH
            Sel-selnya tipis dan menjadi pipih serta rusak saat awal meiosis dari sel induk pollen. Pada beberapa tumbuhan, satu atau lebih lapisan tengah tetap dipertahankan (Lillium dan Ranunculus). Pada kebanyakan tumbuhan sel-sel lapisan tengah merupakan pusat penyimpanan amilum.

TAPETUM
            Lapisan terdalam dari dinding anthera dan mencapai perkembangan maximum pada tahap tetrad dari mikrosporogenesis. Bagian dalam dikelilingi jaringan sporogen dan berperan penting dalam menyalurkan nutrisi ke jaringan sporogen. Umumnya satu lapis sel-sel yang mengandung banyak sitoplasma dan inti tampak jelas